29 Juni 2021, tepat pukul 20:26 ketika kalimat ini ditulis.

Sejak pagi menjelang siang kepalaku pening. Mencari-cari informasi magang, meng-apply ke salah satunya, lalu menunggu … sambil berharap diterima—setelah beberapa lamaran sebelumnya tak juga membuahkan hasil.

Lalu tak sengaja bertemu seorang kating di salah satu DM akun perusahaan penyiaran. Dia memberiku saran untuk apply ke mana.

Setahun corona, kasus bukannya semakin landai, justru semakin tak terlihat kapan akan usai. Beberapa perusahaan tak membuka gerbangnya untuk mahasiswa magang. Meski salahku juga, baru “berburu” magang ketika tengah UAS, di saat yang lain jauh hari sebelum UAS sudah coba apply sana-sani.

Tapi tak apa. Mencoba lebih banyak, menunggu sedikit lebih lama. Kalau langsung nemu kurang seru, kayaknya (tentu saja ini bagian dari usaha menghibur diri). ‘Kan Allah maha memiliki hidup. Apa yang perlu dikhawatirkan?

Di satu sisi sedang bingung, di sisi lain aku dapat rezeki besar hari ini. Ayah, katanya dapat rezeki, aku kecipratan. Hehe. Dan sore tadi, baru mendapat “kabar baik” dari salah satu media yang aku berkontribusi di dalamnya.

Hari ini hidup berjalan sangat adil.

Lalu, malam ini sempat ku non-aktifkan Whatsapp. Pusing. Karena ada satu hal yang belum selesai, ternyata menemukan kendala di saat besok harus sudah selesai. Maaf ya. Tapi seharusnya kamu kabari lebih awal.

Aneh memang. Whatsapp kadang jadi momok untukku. Malas sekali membaca pesan orang-orang. Tapi sekalinya sepi, tidak ada yang menghubungiku untuk sesuatu, aku merasa lebih aneh lagi. Aneh, ya.

Makan malam tadi, ayah membelikan kami ayam goreng di luar. Salah satu tempat makan ayam goreng paling famous di Surabaya, yang kini buka cabang di kabupaten Gerbang Salam. Kami terheran karena ukuran ayamnya sangat kecil. Tapi memang ya, rasa ayam dan sambelnya tidak bisa membuat kami kecewa berlarut-larut. Sedap betul.

Akhir-akhir ini aku merasa sangat payah. Karena … terlalu banyak main hape, yang akhirnya menyebabkan aku buntu pikiran. Alias susah mikir. Waktu terbuang percuma. Mungkin tidak sepenuhnya percuma, karena tetap saja aku membaca informasi-informasi baru. Tapi tetap saja lebih banyak “bersenang-senangnya” sampai akhirnya aku sulit mikir. Astaghfirullah. Ya Allah, ampuni aku. Kiranya aku lalai, maka jauhkanlah aku dari lalai ini.

Beberapa hari terakhir, banyak sekali rekomendasi buku-buku self improvement lewat di timeline twitterku. Ah, kalau diingat-ingat, cuma beberapa kali saja seumur hidup aku membaca buku sejenis itu. Tapi tenang, aku sudah catat nama kalian dalam wish list-ku. Segeralah masuk ke rak bukuku, ya!

Sekarang bulan Juni. Beberapa hari yang lalu aku mendengarkan beberapa video baca puisi, termasuk puisi-puisi karya Eyang Sapardi. Eyang, terima kasih telah meninggalkan sajak-sajak yang indah. Doa terbaik untukmu.

Di bulan Juli nanti, akan ada sesuatu yang cukup menarik untuk kuceritakan. Semoga bisa bersamaan dengan kabar baik untuk magangku.

Terima kasih, Nanda, untuk bulan ini.

Pukul 22:40, tepat ketika kalimat ini di tulis—setelah berlama-lama dengan handphone dan sempat nonton tv.

Kan. Sudah kubilang kamu kecanduan hape.