Ramadan kali ini gak beda jauh sama Ramadan tahun lalu. Tapi justru itu rasanya yang harus saya syukuri. Alhamdulillah keluarga lengkap, saya menjalani Ramadan juga full di rumah. Kondisi ini mengingatkan saya akan Ramadan yang agak berbeda dua tahun lalu, ketika pertama kalinya puasa jauh dari rumah.
Baca lebih lanjutSaya menulis tentang bulan Maret di tanggal 5 April. Iya, telat. Tapi gak papa. Maret kemarin membuat saya ingin menceritakan banyak hal. Selain tentu saja karena itu bulan kelahiran saya. Yes, 8 March ago, Alhamdulillah I’am officially 21 years old! Wah, gila.
Baca lebih lanjutOne Year Pandemic.
Maret 2020 saya lagi di Jogja. Sekitar awal Maret, status di Indonesia dinyatakan pandemi, setelah akhir Februari terkonfirmasi pasien pertama positif covid. Sempet bertahan seminggu-dua minggu di Jogja, akhirnya dipaksa pulang karena takut kena lockdown dan malah gak bisa pulang. And.. here we go. Sekarang sudah Februari lagi. Hampir setahun saya ada di rumah.
Baca lebih lanjutAkhirnya, setelah sekian lama belum menulis esai lagi.
Esai kali ini saya tulis dalam rangka ikut lomba menulis opini yang diadakan sama Sediksi. Temanya Quarter Life Crisis. Pas banget sama umur-umur saya dan situasi saya belakangan.
Sayang banget, esai saya gak lolos ke tahap penjurian kedua. Yaudahlah ya. Berhasil menyelesaikan tulisan ini sampe utuh aja, saya sudah cukup puas. Jadi, biar gak ngendep doang di laptop, ya saya putuskan buat publish di sini juga. Tapi, tentu saja, tulisan-tulisan bernada nasihat dan reminder yang sok tahu ini saya tujukan pertama untuk diri sendiri. Semoga tulisan ini gak jelek-jelek banget buat dibaca. Terlebih, semoga ada manfaatnya.
Baca lebih lanjut
Aku kehilangan semangat. Aku seperti kehilangan tujuan. Aku kehilangan keberanian untuk menetapkan keinginan-keinginanku. Ini tidak sama dengan aku tahun lalu, atau dua tahun lalu.
Aku menjadi peragu. Aku menguasai teori tapi tak tahu berpraktik. Aku malas mendengarkan motivasi-motivasi karena—kembali lagi—secara teori aku sudah merasa khatam. Tapi aku tak cukup berdaya untuk bangun.
Aku kehilangan keinginan lamaku: menggoda mara bahaya seperti Lintang dan Arai.
Apa yang harus aku lakukan?
Baca lebih lanjutSepertinya suatu padang rumput yang luas di dataran tinggi. Semacam bukit Teletubies yang menyentuh awan, mungkin? Dengan beberapa titik yang tumbuh lebat dengan pepohonan. Aku pengen punya rumah pohon, tinggal di sana untuk sementara waktu dan semau-mau aku. Kalau pagi cuacanya cerah, kalau malam tidak membuatku takut. Aku merasa damai dengan tidak melihat orang lain, hiruk pikuk yang terkadang melecut, tapi tak jarang membuat ciut.
Lalu di samping rumah pohonku akan ada sealiran sungai kecil. Yang riaknya membuat tenang. Airnya untuk membasuh kotor hatiku setiap menjelang dan bangun tidur. Agar luntur iri dengki. Agar luruh sombong diri.